![]() |
DR. IKHWANRI |
Simpang Empat, prodeteksi.com ---- Secara kasat mata orang tidak akan percaya terhadap fenomena banyaknya anak tidak sekolah di Pasbar. Mana mungkin daerah yang terkenal kaya akan sumber daya alam serta ternama sebagai kabupaten penghasil sawit ternyata banyak anak usia sekolah yang tidak bersekolah di daerah itu. Kenapa bisa seperti ini? Apa gerangan yang salah? Segudang pertanyaan muncul di kalangan publik.
Ternyata Anak Tidak Sekolah (ATS) di Pasbar berada pada peringkat 18 dari 19 kabupaten/kota di Sumatera Barat, artinya ATS Pasbar merupakan peringkat kedua tertinggi di Sumatera Barat.
Sebagaimana dikutip dari data yang dirilis Pusat Data dan Teknologi Informasi (Pusdatin) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) bahwa sebanyak 5.520 (lima ribu lima ratus dua puluh) orang anak Pasaman Barat tidak sekolah, artinya anak-anak tersebut seharusnya masih tercatat sebagai siswa dibangku sekolah namun menyedihkan ternyata secara data mereka sudah tidak lagi sekolah.
Menjawab banyaknya pertanyaan publik, media ini mencoba menggali informasi kepada salah seorang pemerhati pendidikan Pasaman Barat Doktor Ikhwanri di kediamannya belum lama ini. Ia menjelaskan beberapa hal kemungkinan penyebab tingginya ATS di Pasbar, diantaranya:
1) Pelaporan yang tidak sesuai
Ketelitian dan keseriusan admin yang bertugas melaporkan data siswa ke sistem sangat diperlukan. Sistem akan merekam setiap data yang dilaporkan, benar atau salahnya data akan diakumulasi menjadi total data. Bisa jadi data sebanyak 5.520 itu ada kesalahan, untuk itu perlu dilakukan verifikasi dan validasi data.
2) Kondisi ekonomi yang sulit
Ekonomi yang sulit membuat kurangnya kemampuan orang tua untuk memenuhi kebutuhan pendidikan anak-anaknya. Biaya kebutuhan personal pendidikan seperti membeli buku-buku pelajaran, pakain sekolah, serta transportasi ke sekolah sering menjadi sandungan bagi orang tua untuk menyekolahkan anaknya.
3) Kurangnya perhatian orang tua
Masih sering ditemukan adanya oknum orang tua yang kurang peduli terhadap pendidikan anaknya. Kesibukan mencari uang untuk kebutuhan sehari-hari keluarga kadang-kadang membuat orang tua kurang perhatian terhadap pendidikan anaknya.
4) Minat belajar anak rendah
Minat belajar yang rendah sering mematahkan keinginan anak untuk bersekolah. Anak tidak termotivasi untuk bersekolah. Hal ini bisa jadi pengaruh lingkungan yang tidak mendukung. Bahkan minimnya penghargaan pemerintah terhadap orang yang berpendidikan merupakan salah satu penyebabnya.
5) Akses ke sekolah yang sulit dan jauh
Masih ada pelosok-pelosok yang minim akses ke sekolah. Mulai dari jarak yang jauh, kendaraan yang sulit, fasilitas yang kurang lengkap, guru yang tidak memadai, dan bayak hal lain lagi yang mesti dipenuhi.
Masih menurut Ikhwanri, tingginya ATS akan berdampak terhadap berbagai hal seperti meningkatnya kenakalan remaja, rendahnya kualitas sumber daya manusia, kurangnya daya saing tenaga kerja, meningkatnya pengangguran, dan bahkan dapat menghambat pencapaian visi Indonesia emas 2045 sebagaimana cita-cita bersama bangsa Indonesia, terangnya mengakhiri. ***** iz
You are reading the newest post
Next Post »